Maraknya pemberitaan tentang kejahatan, terutama pada anak-anak membuat
kita semakin miris dan harus selalu waspada. Bagaimana tidak, ternyata pelaku
dari kejahatan tersebut adalah orang-orang yang ada di dekat kita, seperti
tetangga, paman hingga ayah dari sang anak tersebut. Mereka yang seharusnya
menjadi keluarga terdekat dan ikut melindungi anak-anak kita , kini malah harus
ikut diwaspadai.
Wajar jika kemudian muncul rasa takut jika anak-anak bermain dan berada di
luar pengawasan kita. Lalu apakah kita jadi harus menemani anak-anak setiap
saat dan selalu berada di sisinya? Atau kita larang keluar rumah sekalian agar
setiap hari dapat kita awasi dengan tenang. Tentu tidak mungkin, bukan.
Anak-anak perlu ruang untuk tumbuh tanpa diawasi secara terus menerus. Kita
sebagai orang tua pun memerlukan waktu untuk diri sendiri dan mengerjakan
pekerjaan lainnya.
Disinilah peran komunitas diperlukan. Menjalin kedekatan dengan tetangga
sekitar dan saling menjaga anak bisa menjadi pilihan. Anak mereka, anak kita
juga, begitu juga sebaliknya. Dengan begitu, orang tua minimal akan saling
menjaga anak-anak yang ada disekitar lingkungan permainan. Harapannya tentu
saja agar keamanan lingkungan terutama keselamatan anak-anak akan lebih
terjaga.
Jalin komunikasi yang intens dengan pihak sekolah dan orang tua murid
lainnya. Keberadaan anak-anak di sekolah belum tentu menjamin keselamatannya.
Sudah banyak kejadian buruk yang menimpa anak-anak justru di sekolah. Dari
mulai kecelakaan hingga penculikan. Oleh karena itu tetap perlu ada sinergi
dari pihak sekolah dan orang tua untuk menjaga keamanan dan kesealamatan
anak-anak di sekolah.
Hal lain yang sangat perlu dilakukan adalan doa. Kepada siapa lagi kita
bisa menitipkan anak-anak selama 24 jam penuh selain kepada Sang Pencipta yang
Maha Kuasa. Setalah ikhtiar dilakukan, panjatkan doa agar anak-anak kita selalu
berada dalam lindungan-Nya. Inshaalah hati akan lebih tenang mengerjakan tugas
lainnya sebagai ibu rumah tangga dan anak-anak
bisa tetap tetap bermain dengan bebas.